Senin, 25 April 2016

wacana peniadaan Skripsi

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek-Dikti), Muhammad Nasir, mengaku akan menerapkan aturan bahwa tugas akhir skripsi untuk mahasiswa setingkat S1 menjadi sebuah pilihan atau opsional. Jadi, nanti bukan lagi bersifat wajib sebagai syarat kelulusan.
Hal ini, lanjut Nasir, dilakukan untuk menanggapi munculnya kecurangan dalam bentuk pembuatan ijazah palsu, sehingga ada mahasiswa yang membeli skripsi layaknya hukum ekonomi, ada permintaan dan penawaran.
''Skripsi diopsionalkan atau pilihan, karena pertimbangannya satu, menulis itu untuk S1 apakah sudah menjadi kewajiban atau belum. Ada bentuk lain disebut independent studies, atau pembelajaran mandiri. Bisa bentuk penulisan juga, tapi bukan berbentuk skripsi,'' ujar Nasir di kediamannya, Jumat 22 Mei 2015.
Menurut dia, hal ini sudah diterapkan di beberapa kampus, namun masih ada kampus-kampus yang mewajibkan penulisan skripsi sebagai tugas akhir.
''Karena sudah ada perguruan tinggi yang menerapkan itu, UI (Universitas Indonesia) tanpa skripsi baik baik saja, jadi digantikan dengan opsionalnya, misalnya tugas yang berbentuk lain,'' jelas Nasir.
Menteri yang sempat dipilih menjadi Rektor Universitas Diponegoro itu juga mengatakan, sebenarnya peraturan terkait tentang hal itu sudah diterapkan sejak tahun 2000, namun beberapa kampus masih mewajibkan. Hal itu menurutnya akan menimbulkan kecurangan-kecurangan, salah satunya adalah dalam bentuk pembelian skripsi, yang berujung pada ijazah palsu.
''ini kan sudah ada Permen (Peraturan Menteri) kalau skripsi itu opsional, maka kalau PT (Perguruan Tinggi) mewajibkan, akibatnya terjadi yang semacam ini, pengawasan kurang baik. Akhirnya, kecurangan terjadi. Permen ini sudah ada sejak tahun 2000 lho,'' jelas Nasir.

Dan lagi penulisan skripsi sering kali menjadi momok bagi mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengejar kelulusan. Kewajiban mengerjakan skripsi seakan-akan menjadi beban berat yang harus diemban mahasiswa jika ingin mendapakan gelar sebelum terjun ke dunia kerja. Sebenarnya, apa saja signifikansi mengerjakan skripsi? Simak penjelasan praktisi pendidikan pada artikel di bawah ini.
Pernyataan dari berbagai pakar dari kampus terkemuka di Yogyakarta :
Rudi Widiyanto, M.Psi., Psikolog, People Development Manager ECC UGM, menerangkan bahwa skripsi membuat seseorang berlatih untuk berpikir sistematis dan runtut. Sebab semua teori dan dasar berpikir telah ada dan hanya perlu mencari. Setelah ketemu landasannya, kita atur sedemikian rupa menjadi Bab 1, Bab 2, dan seterusnya.

Dr. M. Supraja, S.H., S.Sos, M.Si. Dosen Sosiologi ini mengungkapkan bahwa skripsi bisa membuat mahasiswa bisa berpikir sistematis. “Skripsi yang merujuk pada penelitian sosial misalnya. Dalam melakukan peneltian, mahasiswa harus mampu menentukan kerangka berfikir mulai dari tema, masalah penelitian, teori, sampai metode. Penulisannya pun harus urut agar bisa menjadi karya tulis yang ilmiah,” ungkapnya.
Skripsi Bukanlah Kewajiban
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN Yogyakarta merupakan contoh perguruan tinggi yang tidak mewajibkan skripsi bagi mahasiswanya. Dr. Efraim Ferdinan Giri, M. Si., CA., Ak., Wakil Ketua Bidang Akademik STIE YKPN pun membenarkan hal tersebut. “Kami memberi kebebasan bagi mahasiswa untuk memilih mengerjakan skripsi atau tidak. Jika mereka memilih tidak mengerjakan, bobot skripsi yang berjumlah 6 SKS akan dialihkan menjadi mata kuliah lainnya,” terangnya.
Efraim pun menjelaskan bahwa kebijakan ini dilandasi beberapa poin pertimbangan. Pertama, undang-undang tidak pernah mewajibkan mahasiswa untuk mengerjakan skripsi. “Undang-undang hanya menerangkan masalah plagiasi. Bahwa gelar akan dicopot jika hasil skripsi disinyalir merupakan hasil plagiasi,” jelasnya.
Kedua adalah faktor waktu. Dimana mahasiswa sering kali molor waktu kelulusannya karena mengerjakan skripsi. “Hal ini bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah faktor dosen yang sulit ditemui segingga pengerjaan skripsi molor,” kata Efraim. Poin ini lantas berpengaruh pada produktifitas mahasiswa dalam mencari pekerjaan. “Dengan panjangnya waktu yang dipergunakan untuk menulis skripsi, mahasiswa pun kehilangan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk mencari pekerjaan,” Efraim menerangkan.
Poin terakhir adalah minimnya pengajaran. Menurut Efraim, pengerjaan skripsi ini menjadi hal yang sulit karena mahasiswa tidak pernah diajarkan bagaimana cara menulis yang baik dan benar. “Bagaimana mungkin mahasiswa bisa menghasilkan karya yang baik saat dia tidak pernah diajarkan bagaimana cara mencurahkan pikirannya dalam bentuk tulisan?” ungkap Efraim.
Bukan Pabrik Pekerja
Adanya opsi pengerjaan skripsi ini diakui Efraim berpengaruh pada proses pencarian kerja. “Gelar memang tidak tepengaruh, semua opsi sama saja. Tapi yang berbeda adalah transkripnya. Saat mahasiswa itu mengambik skripsi maka poin skripsi akan muncul di dalam transkrip, begitu pula sebaliknya. Sayangnya. beberapa institusi atau perusahaan ada yang mewajibkan karyawannya mengerjakan skripsi, salah satunya BUMN. Oleh karenanya mahasiswa yang tidak memiliki poin skripsi dalam transkripnya akan langsung tercoret dari daftar pelamar,” jelasnya.
Meski demikian, Efraim masih percaya bahwa perguruan tinggi tidak seharusnya berlaku seperti Balai Latihan Kerja (BLK). “Perguruan tinggi itu harusnya mengajar dan mendidik. Bukan menjadi pabrik pekerja bagi perusahaan,” ucapnya. Senada dengan Efraim, Supraja pun mengungkapkan bahwa masih ada hal lain yang lebih esensial dari sekadar mencari pekerjaan. “Kuliah itu tidak semerta-merta masalah IPK cumlaude, tapi juga apa yang bisa didapat dan dipelajari dari proses belajar mengajar. Mahasiswa dengan IPK 4,0 tapi tanpa pengalaman belum tentu lebih baik dari mahasiswa biasa yang memiliki kemampuan dan pengalaman lebih,” tandasnya.
Apapun asumsinya, setiap perguruan tinggi memiliki sistemnya sendiri-sendiri. Jika memang institusi mewajibkan skripsi, jangan sedih, kerjakanlah dengan ikhlas.

Sabtu, 26 Desember 2015

Contoh Makalah Belajar Pembelajaran



Makalah
Metode Pembelajaran Discovery
http://photos.wikimapia.org/p/00/03/13/37/06_full.jpg



Disusun Oleh:         Diah Ayu Kusuma Ningrum
                                                                     Bayu Oka Wisangara
                                                                     M. Edi Setiawan
                                                                     Moch Wildan Alfin Maulana
                                                                     Puguh Eko F.




Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusantara PGRI Kediri
2015
Alhamdulillah Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada Kami dengan menggunakan referensi-referensi yang Kami dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu, Kami menyusun makalah ini dengan judul “Metode Pembelajaran Discovery”.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran lebih mendalam, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan Kami. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.





                                                                                                Kediri, 05 November 2015


                                                                                                                 Penulis



i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. i                             
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB   I     Pendahuluan  ......................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan Makalah................................................................... 1
BAB  II    Pembahasan............................................................................................ 2
                  2.1 Pengertian Gaya Mengajar Guru...............................................          2
                  2.2 Metode pembelajaran discovery...............................................           2
BAB  III   PENUTUP.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 7
















ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing siswa. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2007: 15).
Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam praktek, perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam, meskipun maksudnya sama. Aneka ragam perilaku guru mengajar ini bila ditelusuri akan diperoleh gambaran tentang pola umum interaksi antara guru, isi atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan diistilahkan “Gaya Mengajar” atau teaching style (Lapp, dkk. 1975:1).Gaya mengajar adalah bentuk penampilan guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan tujuan mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu Gaya mengajar Discovery?
2.      Bagaimana langkah-langkah penerapan Gaya mengajar Discovery?
3.      Apa Keuntungan dan Kelemahan Gaya mengajar Discovery?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1.      Mahasiswa Mengetahui tentang gaya mengajar khususnya gaya mengajar Discovery?
2.      Mahasiswa Mengetahui langkah-langkah penerapan Gaya mengajar Discovery?
3.      Mahasiswa Mengetahui Keuntungan dan Kelemahan Gaya mengajar Discovery?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gaya Mengajar Guru
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor alamiah seperti karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang dibawa seseorang dalam melakukan aktivitas. Mengajar pada hakikatnya bermaksud mengantarkan siswa mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, dalam praktek perilaku mengajar yang dipertunjukkan guru sangat beraneka ragam. Aneka ragam perilaku guru dalam mengajar ini bila ditelusuri akan diperoleh gambaran pola umum interaksi antara guru, isi, atau bahan pelajaran dan siswa. Pola umum ini oleh Dianne Lapp dan kawan-kawan (dalam Ali, 2010: 57) diistilahkan dengan gaya mengajar atau teaching style.
2.2 Metode Pembelajaran Discovery
Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner  menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.



2
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Blake et al. membahas tentang filsafat penemuan yang dipublikasikan oleh Whewell. Whewell mengajukan model penemuan dengan tiga tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi; (2) menarik kesimpulan secara induksi; (3) pembuktian kebenaran (verifikasi).
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:        
  1. identifikasi kebutuhan siswa.
  2. seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan.
  3. seleksi bahan, problema/ tugas-tugas.
  4. membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa.
  5. mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
  6. mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan.
  7. memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.
  8. membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa.
3
  1. memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
  2. merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa.
  3. membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Salah satu metode belajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery. Hal ini disebabkan karena metode ini: (1) merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan siswa; (3) pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain; (4) dengan menggunakan strategi discovery anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri; (5) siswa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan nyata.
Beberapa keuntungan belajar discovery yaitu: (1) pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya; (3) secara menyeluruh belajar discovery meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Beberapa keunggulan metode penemuan juga diungkapkan oleh Suherman, dkk (2001: 179) sebagai berikut:
1.             siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2.             siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diinga.
3.             menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
4.             siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5.             metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
4
Selain memiliki beberapa keuntungan, metode discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka diperlukan bantuan guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai.















5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gaya adalah suatu pembawaan seseorang yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor alamiah seperti karakteristik. Gaya menjadi ciri khas yang dibawa seseorang dalam melakukan aktivitas. Misalnya gaya mengajar discovery. Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Metode ini memiliki kelebihann dan kekurangan seperti gaya mengajar yang lainnya. Sehingga sudah menjadi tugas guru untuk meminimalisir kelemahan tersebut











6
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, dkk. (2001). Common TexBook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.
























7

contoh makalah ppc



Makalah
Penanganan dan Pencegahan Cedera
Olahraga Rugby




http://photos.wikimapia.org/p/00/03/13/37/06_full.jpg



Moch Wildan Alfin Maulana
NPM: 14.1.01.09.0141
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusantara PGRI Kediri
2015
Alhamdulillah Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada Kami dengan menggunakan referensi-referensi yang Kami dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Oleh karena itu, Kami menyusun makalah ini dengan judul “Penanganan dan Pencegahan Cedera Olahraga Rugby”.
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran lebih mendalam tentang fisiologi yang ada didalam tubuh makhluk hidup, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan Kami. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati, Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.





                                                                                                Kediri, 23 November 2015


                                                                                                                 Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR .............................................................................................. i                             
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB   I     Pendahuluan  ......................................................................................... 1
                  1.1.Latar Belakang................................................................................... 1
                  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 1
BAB  II    Pembahasan............................................................................................ 2
                  2.1 Rugby................................................................................................. 2
                  2.2 Cedera yang Biasa Terjadi Selama Permainan Rugby.............           2
BAB  III   PENUTUP.............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 7














ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian pada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
 Cedera yang sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak menjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan pembahasannya sebagai rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa saja cedera yang mungkin terjadi dalam permainan olahraga Rugby?
2.      Bagaimana cara penanganan cedera dalam permainan olahraga Rugby?




1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rugby
Rugby merupakan sejenis permainan sepak bola tim yang dimainkan oleh dua tim. Setiap tim mencoba mencetak skor dengan cara menyepak, melontar, atau membawa bola sehingga mereka dapat menyepak untuk melepaskan gol lawan atau menyentuh di belakang garis lawan.
2.2  Cedera yang Biasa Terjadi Selama Permainan Rugby
Berikut ini adalah cedera yang biasa atau mungkin terjadi pada pemain rugby:
1.      Kram Otot
Kram Otot adalah pengerutan pada otot, yang muncul secara tiba-tiba dan menyebabkan nyeri. Kram bisa sembuh dengan sendirinya selama beberapa detik, menit, atau jam, tergantung dari kontraksi tersebut, dan kram dapat terjadi pada otot rangka atau otot polos.
Penyebab kram otot terjadi karena masalah atau kondisi lainnya, misalnya:
Penanganan: Pelemasan (stretching), minum air yang banyak dan pemijatan dapat meredakan serangan kram pada otot.
Pencegahan: Pemanasan dan peregangan otot yang memadai sebelum olahraga, persiapan mental, keseimbangan cairan/elektrolit yang memadai cenderung membantu dalam mencegah kram otot selama beraktifitas atau ketika tidur, dan asupan makanan bervitamin dan bergizi adalah kunci mencegah kram pada otot.
2.      Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai.


2
Penyebab: Sprain/terkilir dapat terjadi karena benturan trauma pada bagian tubuh tertentu yang paling sering karena terjatuh dan karena mengangkat beban berat yang berlebihan selain itu penyebab keseleo juga karena peregangan otot yang berlebihan karena melakukan pergerakan yang salah sehingga terjadinya penggeseran pada tulang dan gangguan ligament di persendian.
Penanganan: Tindakan perawatan terkilir yang bisa di lakukan dirumah untuk Penanganan yang tepat dan sesuai seperti yang disarankan oleh dokter yaitu dengan menerapkan metode RICE yang telah terbukti ampuh mengobati sprain. RICE adalah singkatan dari Rest Ice Conpression Elavate .
1. Rest (istirahat)          
Istirahat dan membatasi aktivitas. Hal ini bertujuan agar cedera yang dialami penderita tidak bertambah parah. Cobalah untuk mengurangi pergerakan yang bisa memberikan tekanan pada bagian sendi yang terkena sprain. Dianjurkan untuk penggunaan selempang bebat yang berfungsi untuk mengistirahatkan bagian tubuh yang terkilir.
2. Terapi Ice (es)
Terapi dengan menggunakan es ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada bagian yang terkilir. Terapi ice diberikan dengan cara menempelkan kantung es pada bagian yang keseleo selama 3 menit setiap 4 jam sekali. Ingat Jangan sesekali menempelkan es selama lebih dari 3 menit pada satu waktu karena bisa menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Compression (kompresi)
Tindakan ini bisa anda lakukan dengan menggunakan pembalut elastis atau jenis perban yang bisa membungkus anggota tubuh yang terkilir.  Pembalutan yang anda berikan harus kuat tetapi jangan terlalu ketat sehingga tidak mengganggu sirkulasi darah. Pembalutan harus dibuka apabila terjadi kesemutan dan kebiru-biruan didaerah sekitar. Baru kemudian dilakukan pembalutan ulang dengan lebih rapi. Kompresi dapat dilakukan selama 6 hari.

3
4. Elevate (tinggikan)
Peninggian bertujuan untuk mengurangi pembengkakan. Jika memungkinkan metode ini lebih efektif saat berbaring. Angkatlah anggota tubuh yang terkilir dengan posisi lebih tinggi dari jantung kemudian menempatkan bantal di bawah lengan atau kaki yang cedera.

3.      Dislokasi pada Sendi Bahu
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya longgarnya ligament.
Gejala:
o   Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
o   Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
o   Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
o   Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
o   Lengkung bahu hilang
o   Tidak dapat digerak-gerakkan
o   Lengan atas sedikit abduksi
o   Lengan bawah sedikit supinasi
Penanganan: Penanganan dislokasi hanya  boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama yaitu reposisi.





4
Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode Stimson
metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson:
Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang keras dan kuat, sehingga berbunyi “klik”, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.
2. Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal) sampai 90o dengan lembut dan perlahan,  jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah seraksasi eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi.
Program Rehabilitasi Dislokasi Bahu
Program ini dilakukan jika reposisi gagal. Rehabilitasi bisa dilakukan dengan cara menghindari maneuver yang bersifat provokatif dan penguatan otot secara hati-hati. Selama 2-4 minggu.
Pencegahan: Pemain disarankan menggunakan body protector selama bermain guna mengurangi resiko dislokasi



5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Cedera yang sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak menjadi parah, bagaimana mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional.


















6
Daftar Pustaka
Wikipedia ensiklopedia bebas “kram” .23 November 2015. https://id.wikipedia.org/wiki/Kram.
Wikipedia ensiklopedia bebas “Sepak bola rugbi”.23 November 2015.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sepak_bola_rugbi.

Ardi p,Eko, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er “DISLOKASI PADA SENDI BAHU”. 23 November 2015.http://dislokasisendibahu.blogspot.co.id/2011/04/dislokasi-pada-sendi-bahu.html.





















7